Pada hari Jumat 30 September 2022 tim Yayasan Scorpion Indonesia melakukan kunjungan di desa ini untuk memantau perkembangan kegiatan pertanian kentang, dan budidayaikan air tawar. Dalam kunjungan ini sekaligus dilakukan penyerahan pakan ikan yang diterima oleh kelompok tani Subur dan Makmur. Kunjungan tim Scorpion menemukan perkembangan yang cukup menggembirakan pada budidaya ikan air tawar. Ketika dilihat beberapa ekor sampel ikan mas didapati bahwa perkertumbuhan ikan cukup bagus. Saat ini sudah mencapai berat ikan rata-rata 200 gram per ekor. Diperkirakan 45 hari ke depan ikan sudah bisa dipanen.
Pada saat kunjungan tim Yayasan Scorpion Indonesia juga melakukan pendampingan persiapan lahan budidaya kentang. Adapun tahapan persiapan lahan meliputi pembersihan lahan dan pembuatan bedengan untuk tanam. Bagian tahapan yang sedang dikerjakan yaitu pemberian pupuk kandang atau kompos. Adapun luas lahan masing-masing kelompok 1 Hektar dengan total seluruhnya 2 Hektar. Persiapan bibit dilaksanakan dengan berkordinasi dengan penangkaran bibit kentang di Saribu Dolok, Simalungun.
Yayasan Scorpion Indonesia memfasilitasi dua kelompok tani,
Subur dan Mawar, di Desa Ramba Sihasur, Kec Sipirok, Tapanuli Selatan dalam
pengembangan budidaya ikan air tawar dan intensifikasi pertanian kentang. Upaya ini dimaksudkan untuk mendorong
peningkatan pendapatan masyarakat.
Yayasan Scorpion Indonesia mendorong
intensifikasi pertanian di desa ini adalah dalam rangka untuk mencegah agar
masyarakat tidak memperluas areal pertanian mereka ke areal konservasi yang berada
di sekitar desa di dalam areal Cagar Alam Dolok Sipirok. Berdasarkan PHVA tahun
2016, di Dolok Sipirok dan sekitarnya (yang disebut sebagai Metapopulasi (orangutan)
Batang Toru Barat, masih terdapat sekitar 150 orangutan tapanuli.
Desa Ramba Sihasur dikenal segai desa enclave karena berada di dalam kawasan konservasi. Di Desa ini terdapat sekitar 60 kepala keluarga. Meskipun desa ini berada di dalam kawasan konservasinya namun karena mereka sudah berada di desa itu sejak jaman kolonial maka sampai sekarang mereka tetap bermukim di desa itu.
.
.
(Google Translate)
On Friday 30 September 2022 the Scorpion Indonesia Foundation team visited this village to monitor the development of potato farming activities and freshwater aquaculture. During this visit, the fish feed was also handed over to the Subur and Makmur farmer groups. The visit of the Scorpion team found quite encouraging developments in freshwater fish farming. When we looked at several samples of goldfish, it was found that the growth of the fish was quite good. Currently, the fish has reached an average weight of 200 grams per head. It is estimated that the fish can be harvested in the next 45 days.
During the visit, the Scorpion Indonesia Foundation team also assisted in land preparation for potato cultivation. The stages of land preparation include land clearing and making beds for planting. The part of the stage that is being worked on is the provision of manure or compost. The land area of each group is 1 hectare with a total of 2 hectares. Seed preparation was carried out in coordination with potato seed breeding in Saribu Dolok, Simalungun.
The Scorpion Indonesia Foundation
encourages agricultural intensification in this village to prevent the
community from expanding their agricultural area to a conservation area located
around the village within the Dolok Sipirok Nature Reserve area. Based on the
2016 PHVA, in Dolok Sipirok and its surroundings (which is referred to as the
West Batang Toru Metapopulation (orangutan), there are still around 150
tapanuli orangutans.
Ramba Sihasur Village is known as an enclave village because it is located in a conservation area. There are about 60 families in this village. Even though this village is in the conservation area, because they have been in the village since the colonial era, they still live in the village until now.